Perpisahan Singkat, Sosok Bu Bidan Dibawah Gelapnya Langit Bumi
|Grabag – Sore itu hujan lebat turun membasahi bumi, memang sejak siang langit mendung tebal, dan aku baru saja selesai memandikan putri cantikku yg berusia 16 bulan.
Suamiku masih di masjid, mungkin beliau menanti hujan reda. Memang, anak pertamaku sedang giat2nya mengikuti abinya ke masjid lima waktu, meski baru berumur tiga tahun tetapi semangatnya sungguh luar biasa.
Kira2 dua jam hujan lebat terus mengguyur bumi, sampai tiba2 aku mendengar suara gemuruh yg sangat keras. Segera aku keluar rumah, tapi tidak ku lihat apapun kecuali langit gelap sekali. Apakah merapi meletus? Yaa ALLAH..
Aku pun kembali masuk ke dalam rumah, ku lihat puteri mungilku tertidur di ruang depan. Sampai..
Datanglah air bah yg langsung merobohkan rumahku, aku tidak ingat apapun, puteri mungilku hilang tanpa bersuara.. Aku tergulung air, sampai jauh, terdampar di bawah pohon yg cukup jauh dari rumahku..
Aku berusaha bangun, tapi kedua kakiku tidak bisa digerakkan.. sakit, dan akhirnya aku dengar orang2 mendatangiku, mereka menolongku..
Tetapi… kemana puteriku? Yaa ALLAH, aku ingin menggendongnya..
Sejenak aku menenangkan diri, lalu aku teringat suami & anak pertamaku, ooh mereka masih di masjid tadi..
Sayup-sayup aku mendengar orang2 bercerita, kalau rumahku rata dengan tanah.. dan masjid pun disapu banjir bandang.. Yaa ALLAH, suami & anak pertamaku gimana nasib mereka?
Lalu aku pingsan, lemah badan ini, lemas perasaanku, Hasbunallahu wanikmal wakiil.. Aku belum siap menerima semua ini, tetapi kalau memang suratan takdirku begini, aku akan menjalaninya dengan sekuat batinku..
Yaa ALLAH, ampuni salahku.. ampuni salah suamiku.. ampuni salah kami semua.. jikalau dunia ini begitu singkat menyatukan kami, izinikan kami berkumpul di jannah-Mu..
Sumber: Dilansir dari Grop WA dengan tulisan pribadi Bu Bidan Aryati (korban selamat akibat banjir bandang di Grabag pada 29 April 2017)
Salam,
Deny Irwanto
www.denyirwanto.com