Perawat? Kenali 11 Masalah Utama Keperawatan Jiwa

Tahukah anda bahwa Masalah Utama Keperawatan Jiwa ini bisa berpotensi menyerang siapapun. Menurut data WHO saja, sekitar 25% penduduk di dunia telah mengalami gangguan jiwa sehingga perlu diwaspadai.

Masalah Utama Keperawatan Jiwa
Perawat? Kenali 11 Masalah Utama Keperawatan Jiwa

Tak sampai disitu, kerap kali ketidakstabilan kesehatan jiwa juga dapat terjadi pada anak-anak, remaja dan orang dewasa. Oleh karenanya, sebagai seorang perawat memahami berbagai jenis gangguan jiwa sangat diperlukan untuk mencari akar pohon masalah kejiwaan sekaligus menanggulangi masalah tersebut. 

Sebenarnya, tidak hanya perawat saja yang harus tahu masalah utama keperawatan jiwa melainkan juga masyarakat umum agar mampu melakukan pencegahan sedari dini. 

Berikut, beberapa masalah gangguan kejiwaan yang dikumpulkan dari sumber buku-buku keperawatan. Silahkan simak dan pelajari penjelasanya satu-persatu. 

Baca juga  40+ Situs Jurnal Keperawatan Internasional Paling Update

11 Masalah Utama Keperawatan Jiwa 

1. Penyalahgunaan Zat

Pada dasarnya, penyalahgunaan zat tertentu akan menyebabkan seseorang ketergantungan seperti alkohol, opium, kokain, narkoba, mariyuna, psikotomimetiks dan lain-lain. 

Masalah akan menjadi serius ketika tidak terkontrol saat mengkonsumsi zat-zat tersebut baik perubahan kesadaran bahkan europhia berlebihan. 

Tanda gejala yang muncul antara lain, penurunan fungsi mental, ganggian memori penurunan kemampuan memahami, perhatian kurang, mengantuk, ataksia, hiperefleksia, peningkatan reaksi, mood eforia, labil, diplopia, penurunan tekanan darah maupun pernafasan. 

Penyebabnya bisa berawal dari individu yang mudah kecewa, kepribadian rendah diri, suka mencoba-coba dan bersikap antisosial. Sedangkan lingkungan kurang baik juga cukup berpengaruh yang bisa mendorong seseorang melakukan penyalahgunaan zat (napza). 

2. Ansietas

Ansietas merupakan perasaaan tidak santai dan samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut diikuti suatu respon tertentu. Bisa disebut juga dengan kecemasan pada individu sebagai sinyal memperingatkan diri akan suatu bahaya yang datang dan bersiap mengambil tindakan. 

Dikatakan seseorang mengalami gangguan jiwa akibat ansietas, paling tidak harus memenuhi kriteria tanda dan gejala terntentu, minimal diatas 50 persen. 

Tanda gejala yang sering muncul seperti cemas, pikirannya muda tersinggung, selalu memiliki firasat buruk, terlihat gelisah, mudah terkejut, mengatakan takut kalo sendiri atau di tengah keramaian, kosentrasi terganggu, mengalami gangguan pola tidur, adanya keluhan somatik (rasa sakit di otot, tulang belakang, pendengaran berdenging, sesak nafas, sakit kepala, gangguan pencernaan). 

Penyebabnya bisa dari konflik tentang tujuan hidup, hambatan hubungan dengan keluarga, adanya kebutuhan tak terpenuhi, ganggaun interpersonal, ancaman terhadap konsep diri, penyalahgunaan zat, perubahaan status lingkungan atau ekonomi dan stress. 

3. Perilaku Kekerasan (PK)

Perilaku kekerasan adalah timbulnya respon emosi sebagai reaksi terhadap perasaan ancaman sebagai ungkapan kekecewaan atau ketidakpuasan yang diekspresikan dengan mengancam, menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 

Prosesnya diawali dari asertif (kemarahan tanpa menyakiti orang lain), kemudian frustasi (kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis), pasif (tidak mampu mengungkapkan perasaan), lalu agresif (perilkau destruktif masih terkontrol) dan terakhir amukan (perilaku destruktif tak terkontrol). 

Tanda gejala meliputi, ungkapan kata-kata kasar, rasa ingin memukul atau melukai, pandangan tajam, wajah memerah dan tegang, menjerit atau berteriak, agresif, mondar-mandir dan mengatupkan rahang dengan kuat. 

Penyebabnya bisa karena kehilangan relasi (putus pacar, perceraian, kematian orang terdekat), penghinaan, adanya riwayat penggunaan napza, frustasi berlebihan, mengalami kekerasan dari anggota keluarga atau lingkungan, 

4. Halusinasi

Halusinasi termasuk dalam kategori gangguan persepsi dimana seseorang mengalami tanggapan dari panca indra yang sebenarnya tidak terjadi. 

Adapun jenisnya terbagi menjadi 5 yaitu pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan. Pada kenyataanya, yang sering ditemukan adalah jenis halusinasi pendengaran dan penglihatan. 

Tanda gejala antara lain, menyatakan mendengar bisikan, menyeringai atau tertawa yang tak sesuai, menggerakan bibir tanpa bersuara, bicara sendiri dengan mengarahkan telinga ke arah tertentu, konsentrasi menyempit, cenderung mengikuti petunjuk halusinasi daripada menolak, kesulitan berhubungan dengan orang lain, menarik diri, tidak mampu merespon petunjuk. 

Penyebabnya dari kelainan pada struktur otak, riwayat anggota mengalami gangguan jiwa (herediter), riwayat penggunaan napza dan psikotropika, memiliki kegagalan yang berulang, kegagalan dalam peran ekonomi atau sosial (penghasilan rendah, perceraian, hidup sendiri, tidak bekerja) hingga tuntutan diri sendiri atau keluarga yang sering tidak sesuai. 

5. Waham

Berbeda dengan halusinasi, waham itu berarti munculnya keyakinan pribadi yang dipertahankan terus menerus tapi tidak sesuai dengan kenyataan.

Sebagai contoh, seseorang mengaku bahwa ia merupakan raja atau ratu yang masih hidup di zaman kerajaan majapahit.

Tanda gejala, mengaku sebagai orang lain (artis, nabi, wali, raja, presiden), sering merasa curiga dan waspada, perilaku sesuai isi waham, banyak bicara terkait keyakinan, hiperaktif dan defensif serta fligh of idea (pembicaraan cepat yang ditandai dengan akselerasi, perubahan topik secara mendadak hingga adanya permainan kata)

Penyebabnya akibat dari kerusakan kepala (frontal, temporal, limbik), riwayat tinggal di lingkungan yang mempengaruhi moral, mengakui punya konsep diri yang negatif dan kebutuhan tak terpenuhi.

6. Defisit Perawatan Diri (DPD)

Defisit perawatan diri merupakan suatu gangguan pada sikap seseorang yang tidak mampu menyelesaikan aktifitas perawatan diri (kebersihan badan, toileting, berhias dll) akibat dari berbagai factor pencetusnya.

Tanda gejalanya seperti acuh tak acuh terhadap diri sendiri, menolak dibersihkan, BAK/BAB sembarang tempat, malas mandi hingga berhias, tidak mengetahui cara perawatan diri, makan/minum berceceran, rambut kusut berantakan dan masih banyak lagi.

Penyebabnya bisa karena factor herediter (keturunan), kemampuan realitas yang menurun, hilangnya dukungan sosial di lingkungan, kerusakan kognitif atau persepsi serta ganggaun psikologis.

Baca juga  14 Daftar Situs Jurnal Keperawatan Untuk Referensi KTI Atau Skripsi
7. Isolasi Sosial

Adalah keadaan dimana seoarang individu mengalami penurunan atau tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya dengan ciri-ciri umum merasa ditolak, kesepian, tak bisa membina hubungan sosial.

Tanda gejalanya yaitu menolak interaksi dengan orang lain, perasaan sepi, perasaan ditolak, ketidakmampuan berkosentrasi, banyak diam, menyendiri,bekspresi datar dan dangkal, kontak mata berkurang dan tampak sedih

Penyebabnya bisa dari faktor biologis (karena ada riwayat keluarga yang mengalami gangguan jiwa), faktor psikologis (mengalami kegagalan berulang, kurangnya kemampuan berkomunikasi, tidak merasa pantas di antara keluarga, kepribadian introvert, tidak memiliki kepercayaan diri, suka berdiam diri) dan faktor sosial budaya (golongan sosial ekonomi rendah, tidak bisa memecahkan masalah sosial, takur terhadap penolakan lingkungan).

8. Harga Diri Rendah (HDR)

Merupakan kondisi dimana individu merasa tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri berkelanjutan akibat evaluasi negatif terhadap kemampuanya sehingga tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri

Tanda gejalanya seperti mengungkapkan perasaan tidak mampu, pesimis, penolakan atas kemampun diri, penurunan produktivitas, lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi, bicara lambat dengan nada lemah dan mengekspresikan ketidakberdayaanya

Penyebab yang seringkali terjadi yakni, sering disalahkan dan dikucilkan, penolakan terhadap tumbuh kembangnya, adanya trauma penganiayaan, melihat peristiwa yang mengancam kehidupan, korban perilaku kekerasan dan tak mendapat kesempatan untuk pengembangan diri.

9. Risiko Bunuh Diri (RBD)

Risiko bunuh diri adalah suatu upaya seseorang atas dasar dirinya sendiri untuk mengakhiri kehidupan karena multidimensional sebagai jalan keluar terbaik. Jadi, orang yang berpikiran untuk bunuh diri sudah masuk dalam kategori gangguan jiwa meski tanpa atau dengan alasan apapun.

Tanda gejalanya, sering memberikan ancaman bunuh diri, mengungkapkan ingin mengakhiri hidup, menjelaskan segala sesuatu lebih baik tanpa saya, meminum racun, menyiapkan peralatan bunuh diri dan lain-lain.

Penyebabnya bisa karena gangguan konsep diri, merasa tidak berharga hidup di dunia, tidak adanya dukungan social dari keluarga/lingkungan, penyakit kritis, ditinggalkan oleh orang disayanginya, dan mengalami kejadian negatif dalam hidup.

10. Gangguan Citra Tubuh 

Gangguan citra tubuh adalah sikap dari seseorang yang tidak mampu menerima secara sadar/tidak sadar terhadap perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu diakibatkan oleh hal tertentu. 

Tanda gejalanya seperti tidak bisa menerima perubahan tubuh, menolak menjelaskan fisik tubuh, persepsi negatif pada tubuh, mengungkapkan keputusasaan, ketakutan, preokupasi bagian tubuh yang hilang hingga lebih sering berdiam diri/melamun. 

Penyebabnya bisa banyak hal antara lain, tidak puas dengan hasil operasi, keinginan terlalu tinggi pada bagian tubuh tertentu, perasaan tak berdaya karena bentuk fisiknya, anggota tubuh tidak berfungsi semestinya, merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang. 

11. Kehilangan

Maksudnya disini adalah pengalaman yang pernah dialami oleh individu selama rentang waktu kehidupan dan cenderung mengalami lagi walau dalam bentuk berbeda. 

Jadi, tidak hanya kehilangan seseorang (meninggal) tapi mencakup semuanya seperti kehilangan anggota tubuh, pekerjaan (PHK), putus dari pacar, cerai dan sebagainya. 

Tanda gejalanya antara lain, menyangkal berkepanjangan (depresi), tidak mampu menerima pola kehidupan normal, reaksi emosioanl yang melambat, isolasi atau menarik diri, gagal menyusun kehidupan setelah kehilangan serta gagal dalam mengembangkan hubungan interpersonal maupun sosial. 

Penyebanya seperti yang disebutkan tadi, karena kehilangan orang yang disayangi (pergi atau meninggal), rendahnya status sosial ekonomi, hilangnya anggota tubuh tertentu, terkena PHK hingga kehilangan barang paling berharga. 

Berharap, dengan pembahasan singkat mengenai 11 Masalah Utama Keperawatan Jiwa bisa memberikan gambaran kepada anda khususnya para perawat jika masalah kejiwaan itu kompleks sekali sehingga butuh strategi jitu untuk penanganannya melalui proses asuhan keperawatan

SUMBER REFERENSI

Salam,
Deny Irwanto
www.denyirwanto.com

Berkomentar = Berlangganan, Terima kasih

Your email address will not be published. Required fields are marked *