Apa itu Sunat (Khitan), Manfaat, Waktu dan Metode Sunat Terbaik

Apa Itu Sunat – Banyak orangtua yang datang ke praktik sunat merasa bingung oleh banyaknya nformasi yang mereka dengar mengenai sunat, yang terkadang saling bertentangan.

Apa Itu Sunat
Apa itu Sunat (Khitan), Manfaat, Waktu dan Metode Sunat Terbaik

Hal tersebut, tentu saja membuat khawatir dan ragu-ragu ketika harus memutuskan berbagai hal yang berkenaan dengan penyunatan anak mereka.

Untuk memudahkan anda memahami beberapa informasi penting mengenai sunat, berikut tanya-jawab yang paling umum untuk diketahui oleh semua orang.

Baca juga  Apa Itu Sariawan, Penyebab dan Cara Pencegahanya

Apa itu Sunat?

Mengutip dari situs resmi ibi.org.id bahwa sunat atau khitan merupakan beradal dari bahasa arab Khatnun, artinya memotong bagian depan.

Jadi istilah yang mudah, memotong kulup (kulit bagian depan kelamin laki-laki) kepala zakar supaya kelamin laki-laki tidak mudah terpapar kotoran sisa air senin karena sering menempel di bagian tersebut.

Manfaat Sunat Dalam Kesehatan

Ada banyak sekali manfaat sunat untuk kesehatan bahkan bisa mencegah resiko penyakit yang membahayakan tubuh. antara lain,

1. membuat laki-laki lebih mudah mencuci dan membersihkan bagian intimnya
2. menurunkan risiko infeksi saluran kemih (ISK)
3. mengurangi risiko penyakit menular seksual seperti HIV AIDS
4. mencegah terjadinya masalah pada penis misalnya fimosis atau hidrokel
5. menurunkan risiko kanker penis
6. mempengaruhi kesuburan pria karena tidak terkontaminasi sisa air seni yang menempel pada kulup zakar
7. meningkatkan gairah berhubungan bagi laki-laki karena terasa lebih nyaman

Kapan Waktu Terbaik Menyunatkan Anak?

Waktu yang terbaik adalah sebelum anak mencapai aqil baligh (pubertas), karena itulah yang disyaratkan oleh agama.

Namun, kapan tepatnya di antara periode yang panjang itu, tergantung pada banyak pertimbangan. Sunat bukanlah bedah biasa, namun terkait dengan aspek budaya dan agama.

Waktu untuk menyunatkan anak, cukup bervariasi di antara kelompok-kelompok masyarakat umum. Pada kelompok tertentu seperti masyarakat Sunda, sunat umumnya dilakukan pada bayi atau balita.

Sementara, pada kelompok masyarakat lain, sunat dilakukan pada usia yang lebih tua misalnya setelah memasuki sekolah menengah pertama (SMP).

Dari segi medis, anak dapat disunat kapan saja, dari baru lahir sampai dewasa. Pengecualian mungkin hanya pada bayi prematur atau bayi yang memiliki masalah kesehatan sehingga harus menunggu sampai benar-benar siap.

Anak yang memiliki kondisi seperti fimosis, hidrokel atau sejenisnya yang mengganggu kondisi tubuh, mungkin harus segera mendapatkan perawatan, bahkan sekaligus mencakup penyunatan.

Anak yang memiliki kelainan anatomi seperti batang penis abnormal pendek, uretra terlalu besar (megalouretra), hipospadia serta epispadia, sebaiknya perlu ada pertimbangan dari dokter urologi pediatrik/ dokter urologi/ dokter anak jika akan disunat.

Selain aspek budaya, agama dan medis, hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah aspek psikologis anak.

Pada anak yang lebih besar, sebaiknya penyunatan dilakukan ketika mereka sudah siap sehingga bersedia menjalaninya secara sukarela.

Orangtua perlu melakukan pendekatan yang persuasif untuk mengkondisikan anak. Bila penyunatan dilakukan secara paksa, mereka dapat memiliki trauma psikologis yang mungkin berdampak jangka panjang.

Baca juga  Jangan Salah! 5 Posisi Benar Menyusui Bayi Baru Lahir

Adakah Potensi Risiko Sunat?

Meskipun merupakan bedah sederhana yang sangat umum, sunat bukanlah tanpa risiko. Seperti halnya pembedahan lain, sunat memiliki sejumlah risiko komplikasi yang perlu dipahami dan waspadai sebagai orangtua.

Sebagian besar komplikasi yang terkait dengan sunat adalah perdarahan, infeksi, dan kegagalan menghilangkan jumlah kulup yang cukup.

Komplikasi yang paling umum adalah stenosis meatus, yaitu penyempitan pembukaan uretra (meatus uretra).

Kondisi ini biasanya disebabkan oleh pembengkakan dan iritasi meatus yang menyebabkan pertumbuhan jaringan abnormal dan jaringan parut di pembukaan uretra.

Penyebab lainnya adalah benturan pada luka sunat yang merusak arteri frenular, menyebabkan penggumpalan darah yang menyumbat meatus urealahtra pada di dalamnya ada pembuluh yang memasok darah ke frenulum, membran yang melampirkan kulup ke kepala dan batang penis.

Arteri frenular-lah yang menyebabkan perdarahan ketika kulup dipotong dalam prosedur sunat konvensional. Anak yang memiliki stenosis meatus biasanya merasa kesulitan dan sakit ketika memulai buang air kecil dan pancaran urinnya mungkin sempit dan memancar.

Masalah ini biasanya menghilang sendiri dalam beberapa hari atau minggu. Untuk mencegahnya, luka sunat harus diupayakan tetap terlindungi sampai kering.

Komplikasi yang lebih serius, namun sangat jarang terjadi, adalah necrotizing fasciitis (kematian jaringan kulit penis bagian dalam oleh bakteri), fistula uretra (saluran uretra membengkok abnormal), amputasi penis parsial, dan nekrosis penis (kematian jaringan penis).

3 Metode Sunat Terbaik Yang Sering Dilakukan

Setiap metode sunat memiliki kelebihan dan kekurangannya. Semakin “canggih” metode, semakin aman dan cepat prosedurnya, namun juga semakin mahal biayanya.

Selain itu, tidak semua metode tersedia di semua tempat di Indonesia. Metode yang “canggih” biasanya hanya tersedia di kota-kota besar.

Berikut adalah tiga metode sunat yang paling banyak digunakan saat ini, dari yang paling sederhana sampai yang modern.

1. Metode Konvensional

Ini adalah metode yang paling umum dan tersedia luas di Indonesia, baik dilakukan oleh dokter, mantri atau juru sunat. Dalam metode ini, pemotongan kulup dilakukan secara manual dengan gunting atau pisau bedah.

Prosedurnya dapat memakan waktu 30-45 menit yang diikuti dengan jahitan untuk menutup pembuluh darah dan menahan jaringan. Pasien disarankan untuk beristirahat sekurang-kurangnya 4 hari sebelum dapat beraktivitas.

Metode konvensional menghasilkan potongan kulup melingkar penuh (sirkumsisi) atau hanya pada bagian atas kulup di mana bagian bawahnya tetap dipertahankan seperti “jengger” (dorsumsisi).

2. Metode Cauter

Metode ini sering disebut oleh masyarakat sebagai “metode laser”. Padahal, itu adalah istilah yang salah kaprah karena tidak ada laser yang digunakan.

Untuk memotong kulup, dokter dalam metode ini menggunakan cauter atau electric cauter, alat potong yang memanfaatkan panas listrik di ujungnya (seperti solder dalam praktik elektronika).

Pemanfaatan panas menyebabkan hampir tidak ada perdarahan karena pembuluh darah tertutup oleh luka bakar presisi yang dibuat dengan cauter. Prosesnya juga relatif lebih cepat.

Namun, seperti halnya metode konvensional, pasien masih membutuhkan jahitan dan perban untuk menutup luka.

3. Metode Smart Klamp

Ini adalah metode terbaru yang paling aman dan cepat. Dalam metode ini, sebuah tabung sekali pakai diselubungkan ke alat vital.

Kulup yang akan dipotong diklem (dijepit) pada perbatasan batang dan kepala penis, lalu dipotong dengan pisau bedah mengikuti alur yang sudah dibuat sebelumnya menggunakan marker.

Perdarahan tidak terjadi karena pembuluh darah tertutup oleh klem. Jahitan dan perban juga tidak diperlukan karena klem akan terus berada ditempatnya sampai luka mengering (biasanya pada hari keempat). Pasien dapat langsung beraktivitas setelah prosedur selesai.

Dari banyak pengalaman, prosedur ketiga ini yang paling memuaskan bagi para orang tua, karena memberikan hasil yang konsisten dan rapi secara kosmetik.

Potongan kulup sangat rapi (“seperti buatan pabrik”), karena adanya tabung yang berfungsi sebagai tatakan pada saat pemotongan kulup.

Demikianlah penjelasan lengkap mengenai Apa itu Sunat (Khitan), Bagaimana Manfaatnya, Kapan Waktunya dan Metode Terbaik. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Salam,
Deny Irwanto
www.denyirwanto.com

Berkomentar = Berlangganan, Terima kasih

Your email address will not be published. Required fields are marked *